Bupati Rembang H. Moch Salim mengatakan, kegiatan syawalan Kirab
budaya dan larung sesaji di desa Tasik Agung merupakan tradisi
kebudayaan ciri khas nelayan di pesisir pantai kabupaten Rembang.
Tradisi ini sudah ada sejak dulu dan setiap tahun dilaksanakan. Hal
tersebut dikatakan saat melepas Kirab budaya dan larung sesaji
didesaTasik Agung pagi tadi.
Bupati berharap tradisi ini bisa terus dilestarikan, pihaknya bersama
Dinas pariwisata dan instansi terkait akan selalu mendukung kegiatan
ini.
Selain itu Bupati meminta kepada seluruh peserta dan penonton Kirab
budaya dan larung sesaji untuk menjaga ketertiban selama acara larung
saji yang juga dimeriahkan panggung hiburan musik dangdut. ”Kalau acara
berjalan aman maka ijin penyelenggaraan akan lebih mudah untuk ke
depannya,” ujar Bupati
Sementara itu Kepala desa Tasikagung Supolo mengatakan Kirab budaya
dan larung sesaji merupakan ungkapan rasa syukur kepada Illahi atas
karunia hasil laut yang melimpah diberikan kepada nelayan Tasikagung
khususnya dan nelayan Rembang umumnya.
Supolo menambahkan, Selain kegiatan kirab, juga digelar hiburan
seperti Musik dangdut, Wayang kulit, ketoprak dan berbagai kegiatan
lomba. Kegiatan berakhir tanggal 8 september dan akan ditutup dengan
Pengajian. ”total biaya yang dikeluarkan selama kegiatan ini lebih dari
Rp 500 juta,” ungkap Supolo
Kirab budaya dan larung sesaji dalam tradisi Syawalan di desa
TasikAgung Kabupaten Rembang pada 2011 kali ini diikuti oleh lebih dari
seribu orang peserta dan 17 kelompok dan dilakukan dengan cara berjalan
kaki dan naik kendaraan.
Selain itu, masing-masing kelompok peserta turut membawa sejumlah
"ubo rampe" berupa replika kapal dan tiruan berbagai jenis ikan
berukuran besar yang ditempatkan di atas truk panjang dan terbuka.
Peserta kirab melintasi kawasan Kali Karanggeneng-Jalan
Wahidin-Tembokmalang-Perempatan Grajen-Perempatan Eks Stasiun Kota-Jalan
Kartini-Perempatan Jaeni-Tugu Lilin-Jalur Pantura, dan berakhir kembali
ke Pesisir Tasikagung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar